Kalimantan Selatan

Pariwisata

  • Banjarmasin
    • Komplek Makam Sultan Suriansyah
    • Komplek Makam Pangeran Antasari
    • Masjid Sultan Suriansyah
    • Pasar Terapung Muara Kuin
    • Pasar Terapung Lok Baintan
    • Festival Nanang dan Galuh Banjar
    • Museum Wasaka
    • Kubah Surgi Mufti
    • Sasirangan
  • Banjarbaru
    • Museum Lambung Mangkurat
  • Banjar
    • Pasar Intan Batuah Martapura
  • Barito Kuala
    • Jembatan Barito
    • Jembatan Rumpiang
    • Pulau Kembang
    • Pulau Kaget
  • Hulu Sungai Selatan
    • Loksado (Wisata Alam Pegunungan dan Arung Jeram, Balian)
  • Kotabaru
    • Gunung Bamega

Peninggalan sejarah

Benteng Gunung Madang, di Sei Madang, Hulu Sungai Selatan
Makam Haji Saadudin di Taniran, di Hulu Sungai Selatan
Makam Datu Patinggi Mandapai di Hulu Sungai Selatan
Makam Tumpang Talu di Hulu Sungai Selatan
Gedung Musyawaratutthalibin di Simpur, Hulu Sungai Selatan
Rumah Bubungan Tinggi Desa Tibung di Kandangn, Hulu Sungai Selatan
Rumah Bubungan Tinggi Desa Baruh Kambang di Negara, Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan
Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau di Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan
Rumah Perjuangan di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan
Rumah Perjuangan di Durian Rabung, Hulu Sungai Selatan
Rumah Bersejarah di Simpur, Hulu Sungai Selatan
Monumen 17 Mei, Niih, di Hulu Sungai Selatan
Masjid Keramat Pelajau di Hulu Sungai Tengah
Makam 23 Pejuang di Hulu Sungai Tengah
Makam Pangeran Kacil di Hulu Sungai Tengah
Makam Tumenggung Jayapati di Hulu Sungai Tengah
Candi Agung di Paliwara, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara
Masjid Tua Sungai Banar di Hulu Sungai Utara
Masjid Jami Assuhada di Hulu Sungai Utara

Sejarah

Sebelum Masei ,Migrasi I, Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong. pada Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa ke pulau Borneo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum). kemudian Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.

Sesudah Masehi , Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar Hulu.
Abad VI,  Munculnya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu., 6oo tahun kemudian Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Tapin dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa. 
Kemudian  Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara, Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
Abad XIV,  Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
Abad IV, Muncul kerajaan Kerajaan Negara Daha, Raden Sekarsungsang menjadi Raja pertama.
1526 : Bandarmasih, pemukiman Olohmasih, dipimpin Patih Masih.
1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Kerajaan Banjar. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
Tahun 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.
1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta’inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
1612 : Belanda menghancurkan Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
1859 : Sultan Tamjidillah yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar
1858 -1859: Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
17 Agustus 1860 : Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.

Bangunan Sejarah
Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi di Hulu Sungai Utara
Masjid Basar Pandulangan di Hulu Sungai Utara
Masjid Pusaka dan Makam Penghulu Rasyid di Banua Lawas, Tabalong
Makam Gusti Buasan di Tabalong
Masjid Jami Puain Kanan di Tanta, Tabalong
Goa Babi di Desa Randu, Muara Uya, Tabalong
Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari di Kelua, Tabalong
Makam Ratu Intan di Bakau, Pamukan Utara, Kotabaru
Kompleks Makam Raja-raja Kotabaru di Pulau Laut Utara, Kotabaru
Makam Syekh Haji Muhammad Arsyad di Tanah Bumbu
Makam Pangeran Agung di Tanah Bumbu
Makam Haji Japeri di Barito Kuala
Makam Panglima Wangkang di Marabahan, Barito Kuala
Rumah Bulat (Rumah Joglo Desa Penghulu) di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala
Rumah Gajah Baliku Desa Penghulu di Marabahan, Barito Kuala
Makam Datuk Aminin di Barito Kuala

Kabupaten Kota

1 Kabupaten Balangan = Paringin
2 Kabupaten Banjar = Martapura
3 Kabupaten Barito Kuala =Marabahan
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan =Kandangan
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah =Barabai
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara =Amuntai
7 Kabupaten Kotabaru =Kotabaru
8 Kabupaten Tabalong =Tanjung
9 Kabupaten Tanah Bumbu =Batulicin
10 Kabupaten Tanah Laut =Pelaihari
11 Kabupaten Tapin =Rantau
12 Kota Banjarbaru –
13 Kota Banjarmasin –

Banjarmasin

Sejarah

1526 : “Banjarmasih”, yang artinya perkampungan “Oloh Masih” (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.
1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Banjarmasin. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Tanggal ini dijadikan Hari Jadi Kota Banjarmasin, sekarang 480 tahun.
1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta’inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.

Banjarmasih adalah nama kampung yang dihuni suku Melayu. Kampung ini terletak di bagian utara muara sungai Kuin, yaitu kawasan Kelurahan Kuin Utara dan Alalak Selatan saat ini. Kampung Banjarmasih terbentuk oleh lima aliran sungai kecil yaitu sungai Sipandai, sungai Sigaling, sungai Keramat, sungai Jagabaya dan sungai Pangeran yang semuanya bertemu membentuk sebuah danau. Kata banjar berasal dari bahasa Melayu yang berarti kampung, atau juga berarti berderet-deret sebagai letak perumahan kampung berderet sepanjang tepian sungai. Banjarmasih berarti kampung orang-orang Melayu, sebutan dari dari orang Ngaju (suku Barangas) yang menghuni kampung-kampung sekitarnya. Penduduk Banjar Masih dikenal sebagai Olohmasih artinya orang Melayu sebutan oleh Oloh Ngaju (oloh = orang, ngaju = hulu) tersebut. Pemimpin masyarakat Oloh Masih disebut Patih Masih, yang nama sebenarnya tidak diketahui. Kampung Banjar Masih ini memiliki pelabuhan perdagangan yaitu Bandar Masih yang artinya bandar orang Melayu, yang berada di muara sungai Kuin, yang sekarang menjadi kawasan Pasar Terapung Muara Kuin.

Pada abad ke-16 muncul Kerajaan Banjarmasih dengan raja pertama Raden Samudera, seorang pelarian yang terancam keselamatannya oleh pamannya Pangeran Tumenggung yang menjadi raja Kerajaan Negara Daha sebuah kerajaan Hindu di pedalamam (Hulu Sungai). Kebencian Pangeran Tumenggung terjadi ketika Maharaja Sukarama masih hidup berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang kelak menggantikannya sebagai raja. Raden Samudera sendiri adalah putra dari Puteri Galuh Intan Sari, anak perempuan Maharaja Sukarama. Atas bantuan Arya Taranggana, mangkubumi negara Daha, Raden Samudera melarikan diri ke arah hilir sungai Barito yang kala itu terdapat beberapa kampung diantaranya kampung Banjarmasih. Patih Masih dan para patih (kepala kampung) sepakat menjemput Raden Samudera yang bersembunyi di kampung Belandean dan setelah berhasil merebut Bandar Muara Bahan di daerah Bakumpai yaitu bandar perdagangan negara Daha dan memindahkan pusat perdagangan ke Banjarmasih beserta para penduduk dan pedagang, kemudian menobatkan Raden Samudera menjadi raja dengan gelar Pangeran Samudera. Hal ini menyebabkan peperangan dan terjadi penarikan garis demarkasi dan blokade ekonomi dari pantai terhadap pedalaman. Pangeran Samudera mencari bantuan militer ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan yaitu Kintap, Satui, Swarangan, Asam Asam, Laut Pulo, Pamukan, Pasir, Kutai, Berau, Karasikan, Biaju, Sebangau, Mendawai, Sampit, Pembuang, Kota Waringin, Sukadana, Lawai dan Sambas. Hal ini untuk menghadapi Kerajaan Negara Daha yang secara militer lebih kuat dan penduduknya kala itu lebih padat. Bantuan yang lebih penting adalah bantuan militer dari Kesultanan Demak yang hanya diberikan kalau raja dan penduduk memeluk Islam. Kesultanan Demak dan dewan Walisanga kala itu sedang mempersiapkan aliansi strategis untuk menghadapi kekuatan kolonial Portugis yang memasuki kepulauan Nusantara dan sudah menguasai Kesultanan Malaka. Sultan Trenggono mengirim seribu pasukan dan seorang penghulu Islam yaitu Khatib Dayan yang akan mengislamkan raja Banjarmasih dan rakyatnya. Pasukan Pangeran Samudera berhasil menembus pertahanan musuh. Mangkubumi Arya Taranggana menyarankan rajanya daripada rakyat kedua belah pihak banyak yang menjadi korban, lebih baik kemenangan dipercepat dengan perang tanding antara kedua raja. Tetapi pada akhirnya Pangeran Tumenggung akhirnya bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera. Dengan kemenangan Pangeran Samudera dan diangkutnya rakyat negara Daha (orang Hulu Sungai) dan penduduk Bandar Muara Bahan (orang Bakumpai) maka muncullah kota baru yaitu Banjarmasih yang sebelumnya hanya sebuah desa yang berpenduduk sedikit. Pada 24 September 1526 bertepatan tanggal 6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah (1526-1550). Rumah Patih Masih dijadikan keraton, juga dibangun paseban, pagungan, sitilohor (sitihinggil), benteng, pasar dan masjid (Masjid Sultan Suriansyah). Muara sungai Kuin ditutupi cerucuk (trucuk) dari pohon ilayung untuk melindungi keraton dari serangan musuh. Di dekat muara sungai Kuin terdapat rumah syahbandar yaitu Goja Babouw Ratna Diraja seorang Gujarat.

4 responses to “Kalimantan Selatan

  1. Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, kalimantan selatan seperti datuk panglima hamandit, datu ramanggala di ida manggala sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, legenda datu ayuh/sindayuhan dan datu intingan/bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabo di kalumpang, datu patinggi di telaga langsat,legenda mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari di hamalau, datu kandangan dan datu kertamina, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaluddin mempertahankan benteng gunung madang, bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singakarsa di pandai, mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran dan datu balimau, kuburan tumpang talu di parincahan, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan pemberontak ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basyri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan.Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan

  2. komplit banget, buat wisatawan atau pendatang yang mau lebih mengenal kalimantan selatan

  3. good post..
    artikelnya sangat bermanfaat 😀
    Mau menikmati liburan dengan paket wisata unik dari Sumatera Barat, kunjungi kami di TOURS MINANGKABAU
    Terima kasih

  4. wow keren tempat wisata di kalsel ternyata
    arung jeram

Leave a reply to Kamal Ansyari Cancel reply